MERAWAT INGATAN KEKERASAN HAM YANG PALING TRAGIS - ZIDNY ILMAN AZZUARDI
MERAWAT INGATAN KEKERASAN HAM YANG
PALING TRAGIS
September 24, 2022
Surabaya –
Dikutip melalui media cetak Surabaya, sejumlah Mahasiswa Universitas Negeri
Surabaya yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa UNESA Bergerak ( AMUBA)
melakukan aksi turun jalan pada hari Sabtu tanggal 24 September 2022. Aliansi
tersebut bertujuan untuk mengingat kembali “ September Hitam ”, dimana
terdapat banyak peristiwa-peristiwa non-kemanusiaan dan pelanggaran HAM yang
terjadi sepanjang bulan September.
Sampai saat ini, peristiwa-peristiwa
tersebut belum juga diselesaikan dan diusut tuntas oleh negara secara berkeadilan
dan mengedepankan prinsip-prinsip HAM yang menjunjung tinggi martabat korban.
“ Beberapa kali negara ditekan oleh
sebagian dari Mahasiswa, akan tetapi pemerintah mengabaikan hal tersebut. Pada
tahun 2014 bapak Presiden Jokowi pernah memasukkan dalam salah satu nawacitanya
untuk menuntaskan pelanggaran HAM, tapi nyatanya samapai saat ini belum tuntas juga. Oleh sebab itu, dengan
adanya pelanggaran HAM yang dirasa tidak masuk akal ini dan tidak menemui jalan
terang. Maka, kami dari Aliansi Mahasiswa UNESA Bergerak ingin menyatakan sikap
dengan sungguh-sungguh yang membawa sejumlah tuntutan yakni :
1. Tegakkan
legitimasi dan supremasi hukum mengenai HAM
2. Menuntut
negara agar menjamin hak asasi menyampaikan pendapat dan aspirasi sesuai pasal
28 UUD 1945 di seluruh Indonesia.
3. Menghentikan
segala bentuk represifitas aparat dan rekontruksi ikilim demokrasi sebagai
amanat reformasi
4. Menuntut
pemerintah untuk mengusut tuntas kasus pelanggaran HAM yang telah terjadi sejak
masa orde baru yang belum terselesaikan sampai saat ini,
5. Menuntut
negera mengenai pengungkapan kebenaran dan juga akses pemulihan kepada korban
yang masih belum menemui titik temu.
dengan adanya redaksi yang telah kami
buat, terbentuk dari hati nurani dan tetap selalu dalam koridor kebenaran untuk
menyuarakan keadilan HAM di Indonesia. ” ujar Wahyu yang merupakan salah satu
anggota koordinator lapangan.
“ Banyak masyarakat menganggap bahwa HAM
menyangkut pada semua aspek dalam kehidupan, dan hal itu didasari dengan
adannya kesalahpahaman manusia dalam beropini, diaman mereka melakukan sesuatu
yang tidak wajar itu sebagai suatu hak yang asasi, padahal setiap manusia
diberi hak baik asasi maupun relatif. Indonesia merdeka adalah gerbang
reformasi kehidupan rakyatnya untuk berbangsa dan bernegara, disinilah ada
harapan untuk Indonesia menjadi lebih baik dengan tatanan masyarakat maupun
pemerintahananya juga lebih baik. Pada masa orde baru maupun orde lama
permasalahan hak asasi belum menemui titik tuntas, dimana mereka sibuk dengan
tatanan sistem kenegaraannya. Maka dari itu, dalam proses kehidupan banyak
sekali ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dalam permasalahan HAM ini. Dalam
hal mendasar reformasi ada yg namanya subjek hukum, dimana subjek hukum ini
menegaskan bahwa hak dan kewajiban itu sama, artinya jika sebuah negara ingin
menjadi baik maka harus ditegakkan aparat hukum yg berkarakter baik juga.
Namun, kalau berbicara mengenai konstitusi, dalam UUD 1945 sudah dijelaskan bahwa Negara Indonesia
ini adalah negara yang mempunyai dasar untuk menegakkan HAM sesuai dengan apa yang
telah di sepakati oleh masyarakat. Akan tetapi, sampe saat ini bangsa Indonesia
belum juga berhasil untuk menuntaskan permasalahan HAM yang ada.” Ujar maya
dalam menyampaikan orasinya. Ia juga menambahkan mengenai filosofi HAM yang bukan
merupakan kebebasan individualis. Akan tetapi, menempatkan manusia dalam
hubungan dengan bangsa, maka dari situlah HAM tidak bisa di jauhkan dari
kewajiban asasi manusia.
Selain menyampaikan beberapa orasi,
para aliansi Mahasiswa UNESA juga melakukan do’a bersama dan menaburi
bunga-bunga untuk menghormati para aktivis HAM yang telah meninggal. Tak lupa
juga untuk menyanyikan lagu-lagu nasionalisme.
ZIDNY
ILMAN AZZUARDI
22041184162
Komentar
Posting Komentar